Pemkab Kutai Karatanegara

Ini Dia Sumber Tanah dan Air Sakral di Kaltim Untuk Ritual IKN Nusantara

Ritual pengambilan tanah dan air yang nantinya akan digunakan mengisi Kendi Nusantara dalam acara penyambutan pembangunan IKN Nusantara bersama Presiden Jokowi. (Foto: Humas Pemprov Kaltim)

Samarinda, Siberkaltim.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) mengelar ritual pengambilan tanah dan air dari dua lokasi sakral berdirinya kesultanan di Benua Etam, pada Sabtu (12/3/2022) lalu.

Tanah dan air inilah yang diserahkan Gubernur Kaltim Isran Noor kepada Presiden Joko Widodo untuk mengisi Kendi Nusantara dalam acara syukuran dan ritual adat istiadat di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur pada Senin (14/3/2022) siang.

Sebelumnya Presiden Jokowi memberikan instruksi kepada seluruh gubernur Indonesia dari 33 provinsi lainnya untuk hadir dalam acara syukuran dan ritual adat penyambutan pembangunan IKN Nusantara.

Seluruh gubernur diperintahkan untuk membawa air sebanyak satu liter dan tanah seberat 2 kilogram. Tanah dan air sakral dari seluruh penjuru negeri itu nantinya akan ditaruh di sebuah wadah besar terbuat dari tembaga, bernama Kendi Nusantara.

Gubernur Kaltim mendapat giliran terakhir sekaligus penutup dalam prosesi penyerahan tanah dan air tersebut. Dari mana asal tanah dan air tersebut? Berdasarkan informasi dari Kepala Biro Adpim Setda Prov Kaltim M. Syafranuddin keduanya berasal dari dua daerah kesultanan di Bumi Etam.

“Kami sudah mengambil air di Desa Kutai Lama dan tanah di Paser, didampingi pihak Kesultanan Kutai Ing Martadipura dan Kesultanan Paser,” ucap Ivan sapaan akrabnya.

Kata Syafranuddin, prosesi pengambilan tanah dan air dari dua tempat sakral tersebut berjalan lancar dengan didampingi pihak Kesultanan Kutai Ing Martadipura dan Kesultanan Paser.

“Alhamdulillah berjalan lancar, prosesi pengambilan tanah dan air ini dari dua wilayah mewakili Kerajaan atau Kesultanan di Kaltim,” imbuh Juru Bicara Gubernur Kaltim ini.

Dijelaskan, pengambilan tanah dan air di Kukar dan Paser, sebagai simbol mendukung pembangunan IKN Nusantara. Prosesi pengambilan tanah di kawasan Kesultanan Paser berlangsung dengan ritual adat yang dipimpin Aji Muhammad Jarnawi dan Muhammad Sultan Alamsyah III.

Sementara pengambilan tanah dan air di Kutai Lama, Kukar dilakukan oleh Ketua Adat Kutai Lama Abdul Munir. Tanah dan air disimpan ke dalam tempat khusus berbungkus kain kuning, dimasukan ke dalam Anjat atau tas khas dayak.

“Semua ada maknanya seperti anjat yang digunakan sebagai tempat membawa atau menyimpan tanah dan air yang diambil di Paser dan Kutai Lama sebelum dibawa ke Titik Nol IKN guna disatukan dengan tanah dan air se Indonesia yang dibawa semua gubernur,” beber Ivan.

Terkait Kutai Lama, dalam catatan sejarah Kutai Kartanegara pernah menjadi pusat Kerajaan Kutai Kertanegara selama 4 abad yakni sejak tahun 1300 sebelum berpindah ke Jembayan, dan terakhir di Tenggarong.

“Kutai Lama merupakan tonggak awal berdirinya kerajaan Kutai Kertanegara yang didirikan oleh Batara Agung Dewa Sakti pada sekitar Abad ke-14,” terangnya.

Lebih jauh, Ivan menyebutkan, terpilihnya pengambilan air dan tanah di Kutai Lama dan Paser karena memiliki nilai sejarah. Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura selalu mengambil air dari Kutai Lama untuk kemudian dibawa ke Keraton, digunakan dalam berbagai prosesi pelaksanaan Erau.

“Ritual Ngalak Air mengandung pesan agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang diwariskan,” ucapnya.

“Meski Ibu Kota Kesultanan Kutai berpindah ke Tenggarong, keluarga Kesultanan Kutai tetap menganggap Kutai Lama sebagai kampung halaman dan asal-usul nenek moyang mereka,” sambungnya.

Mewakili Gubernur Kaltim, Ivan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Pemkab Kukar, Paser, Kesultanan Kutai Kartanegara dan Sultan Paser, dan seluruh pihak yang terlibat, atas dukungan saat proses pengambilan tanah dan air guna mengisi Kendi Nusantara.

(Redaksi Siberkaltim)